Kamis, 25 Maret 2021

Nude 11


amaM .11

 

Arthur beruntung ibunya tak punya kegiatan panjang malam sebelumnya. Nyai Khadija sudah berada di rumah pukul dua pagi dan langsung terlelap cantik setelah melepaskan wig dan menghapus makeup. Ketika sang ibu menuruni tangga tergopoh-gopoh pukul sembilan pagi, hal pertama yang dilakukannya adalah mencari sang anak dengan panik.

“Kamu enggak kesiangan, Arthur?! Ini sudah jam sembilan.”

Arthur tergelak kecil. “Today I’m going for a camp, Ma. Semua siswa kumpulnya jam sepuluh pagi, kok.”

Nyai Khadija melihat jam dinding dan langsung mengurut dada lega. “Oke. Ya udah. Mama antarin kamu, ya.”

I could take an online ride, lho.”

“Alah. Mama udah tidur dari malam tadi, sampe bangun kesiangan begini. Mama udah segar. Tunggu sebentar, ya. Mama mandi dulu.”

Alright, will do!

Pukul setengah sepuluh, Arthur dan ibunya sudah berada di mobil, melaju menuju sekolah. Karena sistem zonasi mensyaratkan calon siswa baru tinggal di wilayah sekolah, jarak menuju sekolah pun tak terlalu jauh. Nyai Khadija ingin sekali mendaftarkan anaknya ke SMAN 3 Bandung karena dulu itu SMA favorit. Namun sistem zonasi tampaknya mengubah kemungkinan tersebut, hanya demi Bandung yang lebih sedikit macet, pun agar anak-anak cerdas tersebar ke seluruh sekolah.

“Kalau kamu ketemu teman kamu dan ada Mama di situ, jangan panggil Mama, ya,” ungkap Nyai Khadija, beberapa saat sebelum mereka tiba. “Panggil Papa.”

Why?” Arthur mengerutkan alisnya.

“Kamu ini buta atau apa sih, Sayang. Lihat nih bentukan Mama kayak gimana!”

Nyai Khadija tidak sedang mengenakan kostum kabaretnya. Dia mengenakan celana jins panjang, kemeja laki-laki, jam tangan laki-laki, dan rambut disisir klimis dengan gel Gatsby khusus laki-laki. Aromanya pun laki banget, dipadu dengan sepatu bot cokelat besar yang sangat maskulin.

But you’re my mom,” balas Arthur tak terima.

“Iyaaa .... Tapi entar orang-orang bingung, Sayang. Gimana entar kamu jelasin soal Mama ke teman-teman kamu.”

Arthur menarik napas panjang. “I’ll explain that ... here is the true lady who raise me up until I become who I am today. She’s the reason behind all those gold medals and how high I could leap on a gym bar or diving down with my head hitting the surface first. I’ve been calling her Mama, and I’ll never change the way I call her regardless of how she looks.

Nyai Khadija tak dapat memungkiri pandangannya mulai mengabur oleh air mata yang mendesak keluar. Supaya tidak menabrak apa pun, Nyai menepi sejenak untuk menyusut air matanya. “Kamu bisa aja, Arthur.”

Come on, Mama. You guys have been struggling enough for equality thus far,” ungkap Arthur sambil mencondongkan tubuh, menarik tangan ibunya, dan mengecup punggung tangan itu. “Jangan malah mundur dengan ikutan apa yang society di sini pikirkan soal Mama. You’re not defined by society. You’re defined by yourself.

Nyai mengangguk sambil mencoba mengatur napasnya yang tercekat. Dia tak pernah berharap Arthur anaknya akan menjadi anak yang ganteng enggak ketulungan dibuntuti segudang prestasi. Dia hanya ingin Arthur menyayangi dirinya apa adanya. Dan selama ini Arthur selalu menunjukkan hal itu. Entah mengapa Nyai selalu punya ketakutan Arthur menjadi “mayoritas masyarakat Indonesia” yang akhirnya mengusir Nyai suatu hari dari rumah seperti Malin Kundang. Bagi Nyai, Arthur terlalu sempurna. Entah bagaimana Nyai harus berterima kasih kepada alam semesta.

Arthur mengecup kening ibunya. “Kalau Mama enggak nyaman, aku turun di sini aja.”

“Oh, enggak apa-apa. Mama antar sampai depan gerbang.” Nyai kembali memasukkan persneling dan melaju menuju sekolah. “Terima kasih ya Sayang. Enggak ada yang Mama harapkan selain kamu bisa memahami kondisi Mama.”

I understand you the first day I met you, Ma.

Nyai menghela napas dan menguasai dirinya kembali. “Gimana? Tiga hari di SMA sudah ada cewek yang kamu taksir?”

Arthur mengangkat bahu.

“Ada atau enggak ada, Mama enggak masalah Sayang,” ungkap Nyai tulus. “Apa pun yang bikin kamu senang, Mama ikutan senang.”

Yang membuat Arthur senang adalah membuat ibunya itu bahagia. Sudah sejak lama Arthur punya sebuah rencana kecil yang tak pernah dibagi kepada siapa pun di dunia. Arthur berencana punya bromance dengan seorang pria.

Arthur memahami dirinya seorang heteroseksual. Sudah dia tes berkali-kali, barangkali dia juga seorang homo atau setidaknya biseksual. Namun Arthur yang sudah mempelajari soal orientasi seksual sejak umur enam tahun ini tak pernah punya ketertarikan pada sesama jenis. Entah mengapa, Arthur berpikir pacaran dengan cowok akan membuat ibunya bahagia. Jadi Arthur sedang mencoba segala cara untuk punya seorang kawan cowok dekat yang bisa berbagi keintiman tanpa perlu melakukan apa pun seksual. Orang tersebut juga akan menerima keluarga Arthur apa adanya, dengan segala anak buah ibunya yang semua berprofesi sebagai drag queen.

Arthur belum menemukan siapa orang itu.

Pukul sepuluh lebih lima belas menit, Arthur sudah berada di dalam bus menuju Tangkuban Perahu. Murid-murid perempuan mengerubunginya sepanjang perjalanan, menanyakan hal-hal enggak krusial seperti misalnya ekstrakurikuler renang. Peminat ekskul itu cukup banyak. Ketika Arthur menyortirnya kemarin, ada lebih dari 100 siswa perempuan mendaftar, ditambah beberapa siswa laki-laki yang entah betulan perenang, atau hanya naksir saja—karena Karyo dan Baharudin pun terdaftar di sana. Arthur sudah harus menyiapkan audisi keanggotaan ekskul renang minggu depan karena budget yang diberikan sekolah untuk ekskul baru ini tidak cukup memfasilitasi hingga lebih dari 100 orang.

Di kelas IBB, ada tiga orang cewek yang selama tiga hari terakhir sudah menunjukkan dominasi sebagai the ‘it’ girl. Ketiganya mengenakan sepatu bermerek dan tote bag mahal yang entah diisi buku atau peralatan makeup. Diskusi yang mereka lakukan setiap hari enggak pernah jauh dari shopping, fashion, dan cowok. Salah satu dari mereka bahkan sudah me-rating nyaris semua cowok murid baru di sekolah, bahkan membuat artikel which one to date and which one to avoid.

Namanya Marsella, Nikita, dan Olivia. Bagi mereka, Arthur mendapat rating 5 out of 5. Arthur adalah satu-satunya cowok yang mendapat rating setinggi itu, karena orang ganteng berikutnya mendapat rating 4,5 saja. Cowok-cowok feminin seperti Baharudin, rating-nya -2 out of 5.

Nah, karena mereka satu bus dengan Arthur dalam perjalanan outbond ini, tentu saja ketiganya menyingkirkan Tommy, Karyo, dan Baharudin dari Arthur, yang awalnya berencana duduk berdekatan sebagai satu kelompok tenda.

Of course, aku pernah berenang di Mykonos pakai bikini. Mommy pengin belanja ke Itali, tapi sebelum kami pulang ke Indonesia, Mommy ngajak mampir ke Yunani. Bikiniku harganya 900 Euro. Each piece,” kata Marsella. Dia duduk di samping Arthur dan membelai cowok itu sejak bus melaju.

That’s cool, Bitch!” balas Nikita. “Aku sih paling ke Bali doang. Tapi omku yang memang orang Bali ngasih aku various choices of bikini, terus aku pake yang minim banget gitu, dari Harvey Nichols. Eh pas aku berenang ke pantai, tetekku keluar gara-gara bikininya kegedean. Kan, sialan, ya? Hihihi ....”

Tiga cewek itu cekikikan.

“Nanti kamu lolosin kami-kami ya Arthur,” kata Olivia sambil mengedipkan sebelah mata. “Kan kamu barusan sudah dengar semua kisah kami soal dunia renang berenang.”

Di mana fokusnya adalah bikini, bukan soal berenangnya, batin Arthur.

Yes, Olivia’s right. Kami apply buat ekskul renang, because we truly want to be excellent in swimming!” tambah Marsella. “Kapan sih audisinya?”

“Minggu depan,” jawab Arthur singkat, diiringi senyum, karena dia berusaha ramah.

“Kita enggak perlu datang, kan?” tanya Nikita. “I mean, barusan kamu udah dengar semua kisah kita soal berenang di pantai-pantai eksotis. Otomatis kita lolos audisi, dong?”

“Oh, aku mau nambahin!” sahut Olivia bersemangat. “Aku pernah deng berenang di Phuket. Waktu itu bikiniku apricot halter 2 piece, kayak warna pink gitu, dari Kate Spade New York. Aku pake bentar karena kekecilan. Tapi aku sempat masuk air dan kakiku kena ombak-ombak kecil gitu.”

Yes, Honey!” Marsella mengacungkan tangan dan melakukan high-five bersama Olivia. “You’re amazing. Berarti portfolio kita udah cukup buat masukin kita ke ekskul, tanpa perlu ikutan audisi.”

Yang benar saja, batin Arthur.

I wanna go to the toilet,” kata Arthur akhirnya, menemukan cara keluar dari obrolan menyesatkan ini. Bus difasilitasi dengan toilet di bagian belakang. Ada 50 kursi tersedia, dan masih ada beberapa kursi tak terisi karena jumlah siswa di IBB hanya 40, ditambah Pak Anto dan empat orang anggota OSIS. Arthur tidak benar-benar berencana pergi ke toilet. Dia ingin pindah tempat duduk saja.

Arthur menemukan Tommy duduk sendiri sekitar empat baris dari belakang. Di jajaran kursi sebelahnya ada Karyo dan Baharudin mengenakan kacamata hitam dan tertidur. Kursi di samping Tommy kosong. Cowok itu sedang asyik menggulir Instagramnya.

Tommy tak menyadari kehadiran Arthur di lorong bus. Dia masih asyik membaca berita-berita terbaru dari portal pageant favoritnya. Tentang Miss Thailand yang baru terpilih, kontroversi Miss Philippines Universe yang baru, Miss St Vincent & The Grenadines yang katanya berencana return ke Miss Universe, semua Tommy baca dengan saksama.

Arthur tak sengaja mengamati apa pun yang Tommy baca dan mulai memikirkan sesuatu. Mengapa cowok ini membaca berita soal beauty pageant? Apalagi Tommy terlihat memberikan like untuk semua photoshoot terbaru trio Puteri Indonesia 2020. Arthur tahu ini artinya apa. Ibunya pernah menjadi salah satu desainer gaun Miss International Indonesia dan Arthur belajar bahwa nyaris 100% cowok penggemar beauty pageant adalah ... gay.

Apakah ini artinya Tommy seorang gay? Arthur sudah curiga sejak hari pertama. Namun tak pernah berani berasumsi tanpa bukti. Jadi untuk mengonfirmasinya, Arthur pun bertanya, “Do you like pageant that much?

Tommy terkejut dihampiri pertanyaan itu. Tommy membelalak, pucat, dan tampak ingin bunuh diri.


To be continued ....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nude 33

  ssendrawkwA emitefiL .33     Pada suatu pagi lima tahun lalu, Miza bangun lebih pagi dari biasanya meski semalaman tak bisa tidur. D...