Kamis, 01 April 2021

Nude 26

 ylluB gniyrC .62

 

 

P

P

P

Udah tandingnya?

Udah beb

Aku baru beres mandi

Y

Kmu dmana?

Aq masih di PVJ

Shopping sama mami

Mau aku jmput entar?

Ga usah

Aku bawa mobil

Main k rumahku?

Ngewe?

Y

Jerome meletakkan ponsel ke dalam tas dan mengenakan kaus polonya ke tubuh. Dia langsung mengikat tali sepatu seraya membalas salam pamit dari Alex yang sudah beranjak pulang. Tinggal dirinya dan tiga orang pemain di ruang ganti itu, semua bersiap untuk pulang.

Tokcer si Tommy téh, Jer,” ungkap Syahri sambil mengenakan celana jins. “Langsung segeran badan.”

“Serius, Bro? Wadaw ... tahu gitu gue minta pijat juga,” sahut Teuku menimpali.

“Bayar, ya!” balas Jerome, terdengar bercanda, tetapi di dalam hatinya dia serius.

Elo managernya dia?” tanya Teuku sambil tertawa.

“Iyalah! Makanya dia bisa mijitin si Kyle tadi gara-gara siapa?”

Jerome tak suka melihat Tommy memijat untuk orang lain—entah mengapa. Dia tahu dia tak punya kuasa penuh atas Tommy, karena meski Jerome rajin membayar Tommy untuk memijat dirinya, tak pernah ada kontrak tertulis bahwa Tommy private masseur-nya. Klaim private masseur yang diutarakan Jerome tadi keluar secara spontan, saking Jerome tak punya ide harus mengatakan apa agar Tommy tidak seenaknya memijat orang lain.

Jerome kira dia akan merasa biasa saja ketika Tommy memijat untuk orang lain. Jadi ketika Bara bilang, “Kayaknya gue lihat tukang pijat elo itu, Jer!” Jerome berpikir Tommy adalah ide bagus untuk menyelamatkan situasi. Ronde pertama pertandingan, okelah Tommy masih memijat Kyle. Namun ketika pijatan itu tak pernah berhenti melewati jeda setelah ronde pertama, nyambung ke ronde kedua, lalu masuk ke jeda setelahnya, Jerome mulai merasa tidak nyaman.

Jerome merasa tak suka melihat Tommy menghabiskan energi di jemarinya untuk orang lain.

Karena itulah Jerome tak fokus selama pertandingan—bukan karena rapat OSIS.

Jerome tak tahu perasaan apa yang dia miliki saat melihat Tommy lanjut memijat Bara maupun Syahri di ruang ganti. Yang jelas Jerome tak akan mengakui itu sebagai rasa cemburu, karena enggak mungkin juga itu rasa cemburu. Jerome bisa memiliki Tommy kapan pun. Tinggal dia keluarkan uang, maka Tommy akan datang ke rumahnya untuk memijat. Kalau perlu, Jerome bisa memiliki Tommy di rumahnya, sama seperti keluarga Jerome memiliki beberapa pembantu di bidang-bidang spesifik. Pak Yanto sebagai sopir, Bi Ela sebagai tukang sapu, Teh Nunuk sebagai pencuci baju, mungkin dalam waktu dekat Tommy sebagai masseur keluarga.

Kenapa enggak, betul?

Yang pasti, hatinya baru bisa lega setelah mencegat Tommy barusan untuk mengklaim bahwa dia miliknya. Jerome merasa lebih puas melewati mandi karena sudah mengatakan hal tersebut.

Ketika Jerome sudah siap pulang, Sheena membalas lagi pesan obrolan mereka di chat.

Wait, kmu udh bisa keras emangnya?

Aku udah puasa 3 hari beb

Sekeras baja

3 hari lalu letoy lho

Sebel tau!

Iya maaf

Kyaknya aku lg banyak pikiran

Salah satunya tanding basket

Tapi kan tanding basket udh selesai

Yuk ena ena

Y

Hari Rabu lalu, saat Jerome mendapati kemaluannya ereksi dalam sesi pijat bersama Tommy, dia buru-buru memanggil Sheena untuk datang dan bercinta. Sensasi geli nikmat yang dilakukan Tommy itu sungguh-sungguh membuat kemaluan Jerome tak keruan. Anehnya, saat Sheena datang dan mencoba menungganginya, kemaluan itu lama-lama melemas. Dua puluh menit Jerome berusaha ereksi, kelaminnya tak sekeras seharusnya. Padahal Sheena sudah melakukan berbagai cara untuk memikat Jerome, mulai dari memainkan payudara, menggoyang panggulnya, mendesah sekeras mungkin, atau menggoyang-goyang telunjuknya di klitoris hingga kelaminnya basah (biasanya itu pemandangan paling menakjubkan bagi Jerome) tetapi sang pejantan tak sekali pun berhasil mengeraskan kemaluannya.

Ujung-ujungnya Jerome masturbasi sendiri sambil memandangi Sheena membaca majalah fashion seraya telanjang. Setelahnya mereka berantem, baikan besoknya, dan Jerome berjanji untuk puasa onani beberapa hari agar pertemuan berikutnya menggebu-gebu.

Pertandingan basket sudah usai. Pikiran Jerome lebih kosong sekarang. Dia sedang menggebu-gebu ingin menggenjot tubuh Sheena, merasuki lubang surganya dengan kemaluannya yang gagah perkasa.

Dalam perjalanannya menuju Pajero Sport yang parkir menunggunya, Jerome mendengar sayup-sayup seseorang menangis di kejauhan. Dia tentunya tak peduli, langkah kakinya harus berbelok ke parkiran, tak boleh belok ke arah lain yang berlawanan. Namun baru beberapa langkah berbelok, Jerome merasa tak tega.

GOR itu sudah lumayan sepi. Sumber suara yang didengar Jerome bukan dari arah di mana orang-orang akan lewati kalau berencana pulang. Lagi pula mengecek sebentar tak ada salahnya, kan? Paling juga anak kecil sedang berantem dengan kawannya lalu menangis. Namun ketika Jerome berbelok ke bagian belakang GOR, dia menemukan pemandangan yang tak diduganya.

Tommy sedang menangis, terpojok di sudut dinding, menyilangkan dada dengan ketakutan. Bahunya berguncang, dadanya terisak-isak. Di depannya, seorang cowok murid baru di sekolah Jerome sedang menendang-nendang perut Tommy. Jerome kenal betul cowok itu. Dia mendaftar ke ekskul basket, anaknya pendiam, tak menyenangkan, dan mungkin tak punya teman. Itu juga cowok yang sama yang sedang mengintimidasi Tommy saat Jerome mencari bocah itu untuk mengobati Kyle.

“WOI!” pekik Jerome murka. “LU NGE-BULLY, HAH?!”

Cowok itu menoleh ketakutan sambil memelotot. Tampak jelas dia kaget melihat Jerome muncul di tengah aksinya merundung Tommy. Tangannya bergetar karena kepergok, tetapi dia juga tak punya pilihan lain untuk kabur.

Ditambah lagi, dari belakang Jerome, muncul Syahri dan Teuku yang baru keluar dari ruang ganti. “Kenapa, Jer? Ada apa ini?!”

Cowok bully itu, meski tampak menakutkan bagi Tommy, rupanya tak berani menghadapi Jerome dan kawan-kawannya. “Enggak, Kak,” balas cowok cemas

“Gue lihat lu nendang-nendang si Tommy, Bangsat!” semprot Jerome sambil menghambur menghampiri cowok bully itu, mata Jerome memelotot, jarak antar hidung mereka hanya lima senti saja. “Lu mau jadi bully, hah?! Lu mau jadi sok-sok berkuasa di sekolah, hah?!”

“Ngapain si Revan?” tanya Teuku ikut menghampiri dan mengintervensi. Teuku menarik Jerome yang terlalu dekat dan murka, memberikan jarak aman agar tak ada yang main hakim sendiri. “Lo yang dari kelas IIS, kan? Yang outbond di Dago? Gue ingat elo. Apa yang lo lakuin sampe Jerome ngamuk sama lo sekarang?”

Revan menunduk dan menggelengkan kepalanya. Bahkan, bahu Revan agak berguncang karena ketakutan.

“Ini bangsat nendang-nendang si Tommy!” sahut Jerome dengan suara lantang. “Lo mau jadi preman, hah?!”

“Sssh ... udah, Jer!” Teuku menahan tubuh Jerome yang mulai maju, dibantu Syahri yang ikut memegang bahu Jerome agar tidak kelepasan menghajar Revan di depannya.

“Kalian mau ngebelain preman kayak dia?!” Jerome menepis tangan Teuku.

“Bukan ngebelain!” sergah Teuku ikutan emosi. “Tapi lo juga jangan bertindak macam preman persis kayak dia.” Teuku menunjuk kening Revan, bahkan mendorong kepala Revan hingga Revan termundur beberapa senti.

“Lo apain Tommy barusan, hah?” tanya Teuku, sebenarnya terdengar marah, tetapi dia lebih dapat mengendalikan emosi dibandingkan Jerome. Teuku menoleh untuk melihat kondisi Tommy. Di atas kepala Tommy masih ada beberapa boba hitam yang biasanya ada dalam minuman khas Taiwan. Di wajah Tommy juga ada lelehan teh susu yang mulai mengering, yang alirannya jatuh ke kaus yang dikenakan Tommy. Di bagian perut Tommy, memang tercetak pola sepatu berlumpur secara acak. Sudah beberapa kali perut itu dihantam kaki Revan.

Tommy masih menangis tanpa suara. Menutup wajahnya dengan malu.

“Lo apain dia?!” tanya Teuku sekali lagi.

“Bisu kali!” sahut Syahri.

Revan yang menunduk ketakutan, hanya bisa menggeleng.

“JAWAB!” sentak Jerome dengan napas memburu. “Lo bisa nendang anak orang, tapi lo nggak bisa jawab pertanyaan?! Preman apa bencong, lo?!”

“Ma-maaf ...,” gumam Revan lirih.

“Maaf?!” Teuku geleng-geleng kepala. “Elo nendang anak orang terus elo minta maaf? Gimana caranya elo lolos masuk SMA 44, sih? Jalur preman, hah?!”

Revan menggelengkan kepala lagi. Dan bergumam lagi, “Maaf ....”

“Tindakan elo ini nggak bisa diterima sama institusi mana pun, termasuk sekolah elo, tahu?!” ungkap Teuku lebih tegas. “Gue bukan OSIS, tapi elo baru aja bikin ulah di depan ketua OSIS elo sendiri. Kalau Ketua OSIS elo ini lapor ke sekolah, elo bisa dikeluarin, Bro! Dipenjara juga bisa!”

Revan meledak dalam tangis sambil kemudian berlutut. Bahunya berguncang keras. “Ja-jangan, Kak. Please .... Ampun, jangan laporin saya, Kak.”

“Elah, cengeng juga lu!” semprot Syahri sambil menepuk jidat.

Please, Kak .... Jangan dilaporin. Maaf.” Revan bahkan mencoba bersujud ke kaki Teuku, tetapi kakak kelasnya itu mengangkat lututnya agar Revan menjauh dari kakinya.

“Gue bukan sultan, elo enggak perlu sujud.” Teuku mendengus dan mendeklarasikan kata-kata terakhirnya. “Sebagai senior elo di basket, mulai detik ini, ekskul basket enggak nerima elo jadi anggota lagi. Paham?!”

Revan mengangguk paham.

“Dan kalau kami ngelihat elo nge-bully orang lain lagi, baik si Tommy atau siapa pun, gue enggak bakal nolongin elo!” tegas Teuku dengan penekanan pada anak kalimat terakhir. “Gue bakal pastiin seluruh sekolah nge-bully elo sampai mampus!”

Tommy lalu dibawa Jerome ke mobilnya, berpisah dengan Teuku dan Syahri yang masing-masing membawa sepeda motor. Revan ditinggalkan menangis di sudut sepi GOR baru itu. Jerome sebenarnya agak tak paham mengapa dia bisa semurka itu melihat Tommy disiksa Revan. Apa karena Jerome membenci bullying, atau Jerome membenci seseorang menyentuh Tommy? Jerome ingin sekali dengan bangga menjawab pilihan pertama. Namun pilihan kedua barusan juga menghantui benak Jerome sedari tadi.

Mungkin itu alasannya Jerome mengangkut Tommy ke mobilnya. Bocah itu sudah berhenti menangis dan membuang semua boba yang tadi menempel di rambutnya. Namun ketika Jerome menyuruhnya naik ke Pajero Sport perunggu itu, Tommy menggeleng.

“Tapi bajuku kotor, Kak.”

“Lah terus?” Jerome mengerutkan alisnya tak paham. “Elo mau naik angkot penampilan kayak begini?!”

“Memang aku mau dibawa ke mana?”

Jerome tak punya jawaban lagi selain, “Ya mijitin gue, lah!” sahutnya defensif. Bahkan Jerome menambahkan, “Si Syahri aja elo pijitin gratis hari ini. Terus gue kagak, hah?!”

“Ma-maaf,” balas Tommy.

Elo harus pijitin gue sore ini. Dan gue enggak akan bayar elo.”

Jerome tak paham mengapa dia harus menekan Tommy seperti itu. Namun Jerome merasa harus melakukan segala cara agar Tommy ikut bersamanya. Dipijat bukanlah agenda utamanya sore ini. Dia sedang menunggu Sheena mengabarinya kapan bisa datang ke rumah. Sambil menunggu, kan oke juga kalau bisa dipijat Tommy seperti kemarin. Tommy berhasil membangkitkan kemaluannya hingga ereksi sekeras baja. Siapa tahu Tommy bisa melakukannya lagi kali ini.

Ajaibnya, Tommy mengangguk setuju.

Jadi di dalam Pajero Sport itu kini ada Tommy yang terduduk manis di dekat jendela, mengamati dunia luar dalam kepalanya sendiri. Sementara Jerome di sampingnya mulai mengevaluasi apakah dirinya selama ini justru bully bagi Tommy? Bully dalam arti lain. Bully dengan menguasai Tommy seolah-olah bocah itu adalah propertinya.

Karena selama ini Jerome selalu membayar Tommy atas jasanya, Jerome menyimpulkan bahwa relasinya bersama Tommy murni bisnis semata.

Sesampainya di kamar, Jerome langsung melucuti bajunya sambil menunggu Tommy menyiapkan semua peralatan spa. Jerome mengumumkan, “Gue pengin pijat yang kemarin. Full body.”

“Iya, Kak.”

Jerome menelanjangi dirinya seperti tempo hari, berbaring telungkup di atas kain yang sudah dihamparkan Tommy di atas tempat tidur. Tangannya langsung aktif menggulir Instagram sambil merasakan pantatnya ditutupi sehelai kain dingin. Kemudian handuk-handuk hangat itu mulai menyentuh telapak kaki Jerome. Dan Jerome merasa sangat nyaman setelahnya.

Selama satu jam berikutnya Jerome dimanjakan oleh pijatan yang menenangkan melalui aroma berbeda dari essential oil. Aroma kali ini menggugah hasrat seksual. Karena meski tangan Tommy belum menyentuh pantatnya sedikit pun, Jerome mulai ereksi.

Mengerasnya kemaluan Jerome terjadi saat Tommy masih memijat bagian paha. Ereksi itu bertahan hingga Tommy menangani punggung Jerome, lalu lanjut ke masing-masing lengan Jerome. Jujur saja, Jerome merasa canggung. Mengapa bisa kemaluannya ereksi sepanjang pijat sementara tiga hari lalu lemah menghadapi Sheena yang seksi?

Jerome mulai merasa malu karena senjatanya takluk oleh jari-jemari seorang bocah yang tak sanggup melawan bully dari murid seangkatannya. Jerome menoleh sekejap, mencuri pandang pada Tommy yang sedang memijat tangan kirinya. Bocah itu jelas laki-laki, tidak ada unsur feminin pada fisiknya. Dia bahkan bertelanjang dada karena bajunya kotor, jadi visualnya cowok banget. Memang agak lemah lembut seperti perempuan. Disuruh apa pun nurut layaknya seorang istri.

Gue nggak tertarik sama bocah lembek ini kan? batin Jerome mempertanyakan dirinya sendiri. Jerome rasa tidak. Mungkin memang bocah ini punya kekuatan super untuk membangkitkan gairah seksual seseorang melalui pijatan. Jerome pernah melihat entah di mana tentang pijat vitalitas. Mulai dari pijat memperbesar penis, hingga pijat penambah gairah seksual suami istri. Sebagai remaja cowok yang sudah mengenal pergaulan bebas sejak dini, Jerome mengedukasi dirinya secara otodidak dalam urusan seks. Dia merasa yakin pijatan semacam itu memungkinkan.

Jadi, sebelum suasana berubah canggung karena Tommy mendapati kemaluan Jerome ereksi di bawah sana, Jerome mulai membuka obrolan. “Elo enggak risih kan sama cowok bugil?”

Agak lama Tommy merespons, tetapi Jerome dapat mendengarnya berkata, “Enggak, Kak.”

“Pas lagi mijat begini, misal ada yang ngaceng gitu, pernah enggak?”

“Pernah,” jawab Tommy tanpa banyak berpikir. “Awal-awal saya belajar sama Bapak soal pijat vitalitas, semua tamu ngaceng, Kak.”

“Gitu, ya?” jawab Jerome. “Jadi ... enggak apa-apa, kan kalau gue ... ngaceng juga? Normal, kan?”

Ada jeda sejenak sebelum Tommy menjawab lagi. “Normal, Kak. Kalau enggak ngaceng, berarti Kakak impoten. Hehe.”

Jerome tidak tertawa pada jokes itu. Dan Tommy pun merasa malu mengeluarkan jokes semacam itu. Jerome membuka ponselnya dan melihat apakah Sheena sudah OTW ke rumahnya atau belum. Namun balasan itu tak pernah muncul. Jadi Jerome mengecek story Instagram Sheena, bahkan dari awal. Di situ, ada satu story Sheena mengantar ibu dan ayahnya ke bandara. Kedua orangtua Sheena akan liburan ke Bali selama beberapa hari. Sheena tampak melambai-lambai gembira ke arah kedua orangtuanya memasuki terminal keberangkatan. Hanya saja, saat melihat kapan story itu diunggah, tulisannya: 9 jam lalu. Sheena mengaku belanja bersama ibunya di PVJ adalah tiga jam lalu.

Beb?

Eh, beb. Sorry baru balas.

Aku masih sama mami nih belanja di PVJ. Kayaknya malam ini cancel dulu, ya. Maaf banget. Aku datang besok deh. Muach.



To be continued ....


<<< Part 25  |  Nude  |  Part 27 >>>

Preorder Agustus 2021 Sumpah Ini Horor Season 1

Preorder Sumpah Ini Horor season 1

Selamat datang di preoder Agustus 2021


Karena ini PO, mohon pahami bahwa pembelian buku cetak tidak akan saya kirim langsung saat ini juga. Ada linimasa yang harus diikuti, yang bisa jadi lebih cepat, atau bahkan agak ngaret tergantungn percetakannya. Untuk PDF, akan langsung dikirimkan.

Ini adalah preorder untuk buku dan PDF Sumpah Ini Horor. Tapi buku lain pun tetap terbuka PO-nya.

 

PREORDER BUKU CETAK UNTUK:

1.         1. Sumpah Ini Horor season 1 (pernah terbit di Wattpad tapi dihapus total oleh Wattpad)

2.       2. Empat judul KCTT

3.       3. Judul-judul buku saya yang lama (Kuak, Kenang, Naked/Crush, Invitation to the Impeccable Love, Fly Tonight, dan Bird of Paradise)

4.       4.  The Flying Paradise (yes, ini dibukukan juga)

 

LINI MASA

30 Juli – 13 Agustus: Masa preorder

14 – 16 Agustus: Pengiriman PDF Sumpah Ini Horor (untuk judul selain Sumpah Ini Horor PDF akan dikirimkan paling lambat 1 hari sejak pembayaran diterima)

16 – 30 Agustus: Proses pencetakan buku (semua judul)

4 – 8 September: Proses pengiriman buku

9 September (pas saya ulang tahun): Pengiriman bonus Sumpah Ini Horor (tentatif, bisa jadi lebih cepat)

 

 

HARGA

Buku cetak:

(Karena panjang bingits, Sumpah Ini Horor dibagi ke dalam tiga buku. Total sampai 200.000 kata (yang kalau disatubukukan, jadinya lebih dari 1,000 halaman))

Sumpah Ini Horor 1A (360 halaman) Rp77.000,-

Sumpah Ini Horor 1B (380 halaman) Rp88.000,-

Sumpah Ini Horor 1C (440 halaman) Rp99.000,-

KCTT #1, #2, #3, dan #4 masing-masing Rp99.000,-

Kuak, Kenang, dan Naked masing-masing Rp69.000,-

Fly Tonight dan Bird of Paradise Rp99.000,-

Invitation to the Impeccable Love dan The Flying Paradise Rp89.000,-

 

PDF:

Sumpah Ini Horor 1A, 1B, dan 1C masing-masing Rp49.000,- (dikirim 14-16 Agustus)

KCTT #1 dan #2 masing-masing Rp39.000,-

KCTT #3 Rp59.000,-

KCTT #4 Rp79.000,-

Kuak, Kenang, Fly Tonight, dan Bird of Paradise masing-masing Rp49.000,-

Naked, Invitation to the Impeccable Love, dan Milking masing-masing Rp39.000,-

Masing-masing Spinoff The Flying Paradise Rp14.000,-

 

BONUS!

Sumpah Ini Horor

Setiap pembelian 1 buku/PDF Sumpah Ini Horor season 1, mendapatkan 1 part dari Sumpah Ini Horor season 2 yang akan dijual setelah September.

(Jadi, Sumpah Ini Horor 2 akan terdiri dari 7 part panjang dengan topik khusus. Sama kayak SIH 1 part Cepot, Barbie, Hakata, dan seterusnya. Kalau beli SIH 1 untuk 1 buku/PDF, bisa dapat Part 1 season 2 dibaca duluan sebelum diterbitkan. Kalau beli 2 buku/PDF dapat part 1 dan 2. Jadi kalau beli tiga-tiganya, bisa baca part 1-3 untuk season 2.)

Dan kalau beli Sumpah Ini Horor season 1 di preorder ini, dapat diskon 30% untuk pembelian Sumpah Ini Horor season 2 nanti.

KCTT

Masih sama bonusnya. Tapi, kali ini lebih sedikit. Setiap pembelian dua buku/PDF KCTT, boleh memilih SATU dari lima bonus cerita yang tersedia. Jadi kalau beli empat, hanya berkesempatan dapat dua dari lima bonus cerita. Saya akan memberikan yang ketiga HANYA KALAU pencetakan bukunya ngaret lagi seperti biasa.

The Flying Paradise

Setiap pembelian 10 spinoff The Flying Paradise, otomatis mendapat spinoff ke-11 yang tidak dijual.

 

Cara pemesanan:

Email: kadangcupidtuhtolol@gmail.com

Whatsapp: nomor ini

 

FORMAT PEMESANAN

Buku cetak

Nama:

Alamat:

Ekspedisi pilihan:

Pesanan dan jumlah:

 

PDF

Nama:

Pesanan dan jumlah:

 

Admin akan mengalkulasikan ongkir untuk pemesanan buku cetak. Setelah kamu mengirim form, admin akan kirim total harga termasuk cara pembayaran. Kamu bisa melakukan transfer dan mengirim bukti transfernya lagi ke email atau Whatsapp. 

-xxx-

Kalau ada pertanyaan, silakan tanyakan di sini, ya!

Nude 33

  ssendrawkwA emitefiL .33     Pada suatu pagi lima tahun lalu, Miza bangun lebih pagi dari biasanya meski semalaman tak bisa tidur. D...