Kamis, 25 Maret 2021

Nude 04


rewolloF K43 .40


MOS SMA tidak seperti yang Tommy bayangkan selama ini. Dia sudah mengumpulkan banyak riset melalui novel-novel remaja di Wattpad, nyaris tak ada adegan dalam cerita dia alami hingga pukul 12 siang.

Pertama, Tommy tidak datang terlambat sambil lari tergopoh-gopoh sehingga karakter alfa di sekolah yang ganteng dan cool memperhatikannya, di mana biasanya hal itu membuka jalan untuk kemudian jatuh cinta. Tommy enggak tabrakan dengan senior, pun kena hukuman bertubi-tubi dari kakak kelas yang diam-diam naksir Tommy. Namun tak apa, pikir Tommy dalam hati. Tidak semua kisah cinta berawal dari terlambat datang ke MOS.

Anehnya, satu cewek bernama Keysha mengalaminya. Cewek itu terlambat sekitar setengah jam. Rada-rada keterlaluan menginterupsi sesi pembacaan peraturan MOS, membuat semua orang terdistraksi.

“Maaf, maaf, maaf!” sahutnya sambil membungkuk berkali-kali. Rambutnya kusut, tangannya sibuk merapikan tepian seragam SMP-nya ke dalam rok. “Grab-ku masuk ke got di jalan. Jadi aku balik lagi untuk ganti sepatu yang kotor.”

Keysha terpaksa duduk bersama Evelyn, cewek keriting jutek yang duduk di depan Tommy. Pada istirahat pertama pukul sepuluh, Evelyn bertanya, “Kok, kamu bisa masuk tadi? Gerbangnya enggak ditutup?”

“Ditutup, lah,” katanya, lalu mengibaskan seluruh rambutnya ke kiri. “Tapi, kan aku tabrakan sama Ketua OSIS ganteng, sampe kami berdua jatuh, terus aku dimarahin, terus aku dihukum lari keliling lapangan—sebenernya aku enggak telat-telat banget, sih tadi. Aku balik lagi ke sekolah tepat waktu dan nyampe sekitar lima menit setelah gerbang ditutup. Setengah jam tuh aku keliling lapangan dihukum sama Kak Jerome. Ya ampuuun ... Kak Jerome ganteng banget.”

Tommy—yang tanpa sengaja menguping karena suara Keysha ini keras sekali—tak habis pikir mengapa Keysha tampak senang dihukum lari keliling lapangan. Namun Tommy lebih kecewa karena Keyshalah yang mengalami semua adegan fantasi MOS itu, bukan Tommy.

Keysha juga tampak seperti cewek perfect sok-sok innocent kayak yang ada dalam novel. Cantik dan manis, dengan rambut agak kusut sedikit, lalu bertingkah seperti orang tolol, padahal mungkin dia jenius dan lain sebagainya.

Kedua, Tommy belum dihadapkan berdua dengan sang ketua OSIS ganteng di satu ruangan, di mana si ketua OSIS yang dingin dan cool akan mengintimidasi Tommy, lalu Tommy kesal bukan main apalagi ketika si ketua OSIS terus-menerus menjadikan Tommy bulan-bulanan, tapi lama-lama Tommy naksir dan enggak bisa kehilangannya.

Ketua OSIS yang bernama Kak Jerome itu superbaik, jauh dari kata cool dan dingin.

Sekitar pukul 9 pagi semua anggota inti OSIS keliling kelas dan memperkenalkan diri. Jerome berwajah manis, tipe-tipe yang bikin kamu pengin cubit pipinya semalaman. Senyumnya juga lebar dan imut. Pemilihan kata-katanya terdengar cerdas, sehingga orang baru seperti Tommy pun bisa tahu alasan terpilihnya Jerome sebagai ketua OSIS. Semua cewek akan menganggap Jerome laki-laki sempurna untuk dikenalkan ke orangtua sebagai calon suami.

Sayangnya, Jerome enggak galak. Agak minus di bagian situ, sih—setidaknya bagi Tommy. Setiap ada murid baru yang mengacungkan tangan, Jerome akan mengangkat kedua alisnya dengan akrab, diiringi senyum manis dan berkata, “Ya, silakan, ada yang mau disampaikan?” Jadi kalau ada cewek-cewek ganjen sok-sok ceroboh di depan Jerome, yang ada Jerome menolong cewek itu, bukannya bersikap tsundere atau apa.

Poin plusnya adalah Jerome memang ganteng. Misal harus disematkan gelar the most wanted di sekolah pun, masih masuk akal. Tommy berencana untuk naksir Jerome selama satu tahun ke depan, sampai cowok imut itu lulus dari sekolah karena Jerome sekarang sudah kelas 12.

Ketiga, ketemu dengan sahabat baik di MOS yang akan menemani Tommy selama tiga tahun ke depan.

Arthur bukan calon sahabat baik. Dia itu lebih tepat jadi calon suami. Orangnya pendiam, tetapi enggak dingin juga. Kalau kita mengajaknya mengobrol, dia akan menoleh dan melemparkan senyum manis sebelum akhirnya berbicara. Tommy mengakui sepanjang setengah hari mengikuti MOS, konsentrasinya selalu buyar oleh fakta bahwa cowok terganteng di kelas ini duduk di sebelahnya. Sesekali Tommy mendengar bisik-bisik mengganggu di sekitarnya. Ketika Tommy menoleh, beberapa cewek sedang mencuri pandang ke arah Arthur sambil cekikikan genit.

Arthur punyaku! jerit Tommy dalam hati.

Istirahat siang, semua murid punya kesempatan untuk mengunjungi kantin dan menikmati makan siang masing-masing. Keysha yang sudah menyadari cowok yang duduk di belakangnya juga ganteng, dengan genit berbalik sambil bilang, “Aku enggak tahu di mana kantinnya ....”

“Emang belum ada yang tahu,” balas Evelyn ketus. “Kita dari tadi cuma di kelas sama kumpul di lapangan aja jam sepuluh.”

Let’s find it together, then,” kata Arthur so sweet.

“Kita berdua, ya?” tanya Keysha dengan mata berbinar.

“Heh, gue juga belum tahu di mana kantinnya,” balas Evelyn.

“Iya, kita cari bertiga.” Keysha memutar bola mata.

Tommy tak mau kalah. “Aku juga enggak tahu di mana kantinnya!”

Arthur tergelak kecil. “Sama, aku juga enggak tahu. Kita cari sama-sama aja, ya.” Arthur pun bangkit sambil menyelipkan sejumlah uang ke dalam saku celananya. Dia mengeluarkan botol minum yang dibawa dari rumah. Keysha tampak kecewa karena Tommy dan Evelyn harus ikut rombongannya.

Rupanya, tanpa perlu mencari bersama-sama pun, semua orang bakalan tahu di mana kantinnya karena ratusan murid baru yang lain pun berjalan menuju tujuan yang sama. Sepanjang perjalanan, Tommy melihat beberapa murid baru sudah saling mengenal satu sama lain.

“Eeehhh ... ketemu lagi sama kamu!”

“Babi, lah! Udah tiga tahun SMP ama elu, eh SMA juga ama elu lagi!”

“Untuk pertama kalinya kita pisah kelas ya Cin ....”

Tentunya kecuali Tommy. Cowok yang keluar dari ketentuan zonasi ini sudah mengecek apakah ada teman SMP-nya mendaftar ke SMA yang sama atau tidak. Sejauh ini tidak ada. Tommy tak dapat membayangkan seseorang dari SMP lamanya menyapa dengan, “Iiihhh ... si bencong sekolah di sini juga, ya?”

Kehadiran Arthur rupanya menarik perhatian banyak orang. Selain karena seragam SMP-nya berbeda, wajah yang dipahat sempurna oleh Tuhan pun tampak menonjol dibandingkan semua murid baru yang lain. Seolah-olah Arthur perawatan kecantikan dulu di Korea sebelum berangkat ke sekolah. Sedikit banyak Tommy merasa bangga bisa berjalan bersama the most wanted guy in school. Akhirnya aku bisa mengucapkan kata itu, batin Tommy gembira. The most wanted guy.

Namun, semakin lama menghabiskan waktu bersama Arthur, semakin Tommy tak tahu apa-apa tentang cowok ini. Dalam perjalanan menuju kantin, setidaknya ada tiga kelompok murid baru yang meminta foto bareng.

“Kak Arthur, boleh minta foto?”

“Boleh minta foto enggak Kak buat temenku yang di Surabaya?”

“Kak, boleh boomerang bareng enggak?”

Seganjen itukah para murid baru ini sampai-sampai ketemu cowok ganteng pun harus boomerang? Tommy hanya bisa menyingkir bersama Keysha dan Evelyn setiap perjalanan mereka dijeda oleh fans mendadak. Salah satu cowok bahkan menghampiri Arthur seolah-olah sudah bersahabat lama.

“Gila, Bro! Enggak nyangka gue elo masuk sini. Masih di klub yang sama?”

“Karena pindah ke Bandung, kayaknya harus cuti dulu,” jawab Arthur.

Ketika mereka melanjutkan perjalanan, Keysha iseng bertanya. “Cowok tadi siapa? Kalian satu klub? Klub apa?”

“Enggak tahu,” jawab Arthur. “Enggak kenal.”

Keempatnya duduk di satu meja kecil yang memang didesain untuk empat orang saja. Evelyn memesan pempek dua porsi, Keysha memesan salad, Arthur memesan ikan bakar tanpa nasi (yang anehnya disediakan di salah satu konter di kantin sekolah ini), dan Tommy memesan mi ayam saja. Satu hal yang Tommy sadari, banyak sekali murid baru lain yang diam-diam melirik ke meja mereka. Termasuk beberapa senior yang menjadi panitia MOS.

Bahkan, ketika tadi Tommy menunggu Arthur foto bareng dengan fans-nya, dua panitia MOS lewat di belakangnya. Pembicaraan mereka dapat Tommy dengar.

“Kamu kabagéan jadi pembimbing kelasna si éta teu?”

“Enggak, euy. Aku mah kelas MIA.”

Enya, hanjakal. Aku kelas IIS. Coba wé kabagéan kelas IBB.”

Popularitas Arthur sudah tak diragukan lagi. Tommy hanya perlu tahu, mengapa semua orang bisa mengenal Arthur sementara Tommy bahkan harus menamainya Matheus Song sebelum benar-benar tahu namanya Arthur. Tommy berencana bertanya siapa Arthur sebenarnya, tetapi Evelyn yang mulutnya tajam sudah nanya duluan.

“Gue kayak lagi jalan ama Pangeran William,” celetuknya. “Elo sebenernya anak siapa?”

Arthur tergelak. “Anak ibu bapak aku, lah. Bukan raja Inggris juga.”

“Tapi orang-orang ngelihatin kita seolah-olah kita ini Nikita Mirzani,” sambung Keysha. Di mana Tommy tidak memahami mengapa Keysha harus menggunakan contoh Nikita Mirzani. “Instagram kamu follower-nya berapa, deh?”

Arthur menerawang ke langit-langit sebelum memasukkan satu potongan ikan bakarnya. “Lumayan,” katanya.

“Elah, sejak kapan ‘lumayan’ jadi angka? Lumayan kagak bisa dimasukkan dalam matematika, Nyet. Cuma X ama Y doang yang bisa,” balas Evelyn ketus.

Tommy ingin sekali mencubit Evelyn. Tapi cewek rambut keriting itu ada benarnya juga. “Sebutin akun IG kamu, deh,” usul Tommy.

Arthur menyebutkannya. Baik Keysha maupun Tommy buru-buru mengecek.

“Oh em jiii ...!” sahut Keysha dengan mata membelalak. “Tiga puluh empat ribu follower?!”

Tommy juga membelalak. Ada sekitar 700 unggahan, 200 mengikuti, dan 34K pengikut. Dari pindai cepat yang Tommy lakukan di linimasa akun Instagram Arthur, ternyata cowok ini atlet. Bukan hanya satu cabang olahraga, malah. Dia sudah ikutan kompetisi nasional tingkat junior untuk senam, renang, dan loncat indah. Arthur bahkan mewakili DKI Jakarta di PON XIX Bandung, Jawa Barat, menyumbangkan medali perunggu untuk daerahnya. Unggahan foto terakhirnya adalah Arthur bersama teman-teman di klub loncat indahnya, dengan takarir, “Don’t worry. Just because I will not join PON Papua, it doesn’t mean I stop flying for my country.

Jumlah like-nya sampai 8K.

Tommy terpana selama beberapa detik, tak bernafsu menghabiskan mi ayamnya. Meski banyak sekali fantasi Wattpad-nya gagal terjadi pada hari pertama MOS ini, setidaknya Tommy bisa berbangga diri.

Dia satu meja bersama selebgram Indonesia berprestasi!


To be continued ....


<<< Part 03  |  Nude  |  Part 05 >>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nude 33

  ssendrawkwA emitefiL .33     Pada suatu pagi lima tahun lalu, Miza bangun lebih pagi dari biasanya meski semalaman tak bisa tidur. D...