Kamis, 25 Maret 2021

Nude 02


gnoS suehtaM .20


Misi kedua di SMA barunya adalahnya meng-unfriend Karyo.

Ini jelas tidak sejalan dengan misi pertama. Level frustrasi Tommy terlahir sebagai gay sudah mencapai puncaknya pada jenjang 9 SMP beberapa bulan lalu. Tommy lelah dilihat sebagai orang cacat karena kadang-kadang bertingkah seperti perempuan. Bukan mau dia bertingkah seperti perempuan. Memang sudah dari sananya Tommy suka menjerit dengan oktaf tinggi saat kecoa lewat atau menempelkan lengan atasnya ke tubuh saat berlari. Tidak ada yang mengajari, dan tidak sengaja Tommy pilih untuk lakukan. Natural saja. Seperti kucing mendarat di empat kakinya setiap jatuh dari lantai berapa pun, kucing tuh kan bisa saja memilih mendarat di kepalanya, tapi enggak.

Tommy tidak menghabiskan libur panjangnya selama Juni hingga Agustus dengan liburan ke berbagai tempat. Selain memang bukan orang kaya, Tommy punya agenda melatih kepribadian menjadi macho. Bukan hanya Puteri Indonesia saja yang training ke Philippines untuk melatih kepribadiannya sebelum Miss Universe. Tommy pun harus melatih kemachoannya sebelum masuk SMA.

I like so much English Language since a children,” kata Karyo, membuka topik pembicaraan. Jemarinya menari-nari saat berbicara. Seolah-olah dia sedang merapikan kabel earphone imajiner yang kusut. “I like so much watch TV and watch music on English Language. So I enter bahasa class so I can clever English Language. In future, I will job in America or Inggris. So I enter bahasa class.

Tommy tidak pernah merasa bahasa Inggrisnya keren atau benar. Namun yang barusan dia dengar kayaknya masuk kategori ... ajaib. Tommy mengagumi rasa percaya diri Karyo. Tidak semua orang Indonesia berani bicara bahasa Inggris karena takut ada yang mengoreksinya.

Yes, yes,” balas Tommy semampunya.

For you, how? Why you enter bahasa class?”

Aduh, pake bahasa Inggris pula, batin Tommy. Dia tidak sesiap itu untuk menjawab pertanyaan apa pun pakai bahasa asing. Memilih masuk kelas IBB saja karena dia mau belajar bahasa Inggris, bukan karena dia “like so much English Language since a children”. Namun sebagai laki-laki macho, Tommy harus berani. Salah satunya adalah berani menjawab pertanyaan menggunakan bahasa yang dia nyaman gunakan.

Jadi sebelum menjawab, Tommy bertanya, “Boleh saya jawab dalam bahasa Indonesia?” Yang terdengar sangat anggun seperti Puteri Indonesia menjawab pertanyaan pada malam final.

(Misi pertama sudah terkoyak oleh kegagalan.)

Yes, you can answer in Indonesia Language,” jawab Karyo mengangguk-angguk.

Tommy tak bisa mengatakan dia ingin belajar bahasa Inggris dan Spanyol karena berencana menjadi beauty pageant coach di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan. Namun sejujurnya, itulah alasan awalnya. Sayangnya, pekerjaan semacam itu melawan kodrat Tommy sebagai laki-laki. Jadi, Tommy menjawab, “Aku enggak suka IPA dan IPS.”

Oh, me too!” sahut Karyo gembira. “I don’t like matematika, or fisika, or sejarah class. I like so much English Language.”

Sekumpulan anak-anak berseragam SMP mulai menghambur masuk ke dalam kelas IBB. Beberapa senior mengantar mereka ke dalam, lalu mengarahkan untuk menunggu. Tommy mulai melihat beberapa murid cowok masuk dan menduduki meja di seberang ruangan. Tampaknya mereka sudah saling kenal.

Where is you are house?” tanya Karyo lagi.

Oh, my house?” tanyaku. “Di Setrasari.”

Karyo membelalak terkejut. “Ouch, so far away, yah. You must can naik Gojek, is it true?

Grab, batin Tommy. Namun dia hanya mengangguk-angguk saja.

Muka Karyo tampak sayu. Tipe-tipe guratan pribumi yang lemah lembut, rahang lebar, alis melengkung, dari kampung-kampung, dan mengira dirinya kembang desa. Karyo tampak seperti sasaran empuk tukang bully. Makanya Tommy tidak tega mengoreksi banyak hal dari Karyo, takut menyakiti hatinya.

Why you enter SMA Four Four tapi your house is far far?” tanya Karyo lagi.

Maksud Karyo adalah SMAN 44 Bandung, yang lokasinya di Bandung Selatan, SMA yang dimasuki Tommy hari ini. Tommy lagi-lagi enggak bisa menjawab jujur bahwa dia memilih SMAN 44 karena cowok-cowoknya ganteng. Namun dengan sistem zonasi yang menyebalkan kemarin, pendaftarannya ke sini memang jadi pertanyaan besar semua orang.

“Ka ... katanya sekolah ini bagus,” jawab Tommy, tak begitu yakin.

Karyo mengangguk mantul. “Memang!” Mata Karyo tampak bersinar-sinar. “You know what, here in SMA Four Four, the boys is handsome-handsome, and the girls is beautiful-beautiful. So much student job as model and artis FTV in SMA Four Four. Connection to job as artis is much here.”

Pada saat bersamaan, masuklah seorang cowok mengenakan seragam SMP yang bukan pada umumnya. Kalau kebanyakan mengenakan seragam putih-biru, cowok itu mengenakan kemeja putih dan celana panjang kotak-kotak warna merah. Di atas kemejanya ada jas warna merah senada, dengan emblem SMP terjahit di dada kiri. Dia pasti dari SMP Swasta mahal, batin Tommy.

Namun bukan itu yang membuat Tommy mengalihkan pandangan ke arahnya. Cowok itu nyatanya cowok ganteng pertama yang Tommy temui sejak masuk sekolah ini. Rambutnya sih hitam, tetapi ada darah-darah Latin dan Asia bercampur, menciptakan kulit putih mulus, hidung mancung, alis tebal, wajah baby face, mirip Matheus Song, Mister Supranational Brazil. Ketika dia tersenyum ke beberapa cewek yang langsung menoleh ke arahnya, seisi kelas hatinya meleleh.

Si Matheus Song ini duduk sendirian paling depan (kebetulan memang tidak ada yang berani mengisi meja paling depan). Dia menyampirkan ranselnya ke punggung kursi, duduk dengan manis, lalu mengeluarkan ponsel sambil menunggu acara dimulai. Tommy mengamati semua cewek di kelas langsung membelalak girang sambil bisik-bisik dengan teman ceweknya. Tidak ada yang menyangka cowok seganteng dia bisa masuk kelas IBB. Harusnya sih masuk MIA, biar makin kelihatan cool, tapi bagus deh masuk kelas IBB, batin Tommy. Jadi seenggaknya di kelas ini ada yang enak untuk dinikmati.

See, that is example in handsome boy people,” bisik Karyo.

Tommy menoleh dan menemukan Karyo sedang tersihir oleh pesona Matheus Song di depan. Wajahnya ditangkup kedua tangannya dengan tatapan berbinar yang tampaknya tak akan berkedip sampai gerhana matahari berikutnya muncul. Tommy terkejut karena Karyo tidak merasa risih mengekspresikan rasa sukanya kepada cowok pada perjumpaan pertamanya dengan orang asing.

“Kamu ke sini karena cowoknya ganteng?” tuduh Tommy, seolah-olah statement tersebut merendahkan.

Karyo mengangguk. “Iyes, lah,” jawabnya. Kali ini mulai lupa kegemarannya pada bahasa Inggris, “Mana banyak banci sekolah di sini, yang berarti seharusnya, sekolah ini LGBT friendly. Seantero Bandung tahu kok SMA Four Four ini safe place untuk berekspresi. Kamu tahu enggak selebgram Indonesia, banci yang sering pake makeup kayak Jeffree Star, yang sering review-review brand makeup ternama, Odette? Lulusan sekolah ini, lho. Aku masuk sini karena Odette lulusan sini juga.”

“Banci?”

“Iya, banci, kayak kita.”

Tommy membelalak kaget mendengar kesimpulan Karyo tersebut. Karyo menoleh dan terheran-heran melihat reaksi Tommy.

“Aku bukan banci,” timpal Tommy tak terima. Tommy mengangkat dagunya.

“Masa sih?” Karyo menatap Tommy atas bawah. “Kamu banci banget, Shay. And it’s okay, jangan sedih, aku juga sama. Kamu pikir kenapa aku nyamperin kamu buat ngajak duduk bareng? Bukan karena kamu cowok kedua yang masuk kelas ini setelah aku. Melainkan cara kamu ngibasin rambut di pintu masuk barusan udah banci total, makanya aku samperin. Eh-eh, menurut kamu, kita bisa pindah ke sana, enggak? Biar bisa lebih deket sama anak SMP swasta ganteng itu?”

Tommy ingin menjerit marah. Belum satu jam dia berada di sekolah ini, dia sudah ketahuan banci.


To be continued ....


<<< Part 01  |  Nude  |  Part 03 >>>

1 komentar:

  1. Karyo is definitely a mad genius poet. That line of, “Why you enter SMA Four Four tapi your house is far far?”, is out of this world.

    BalasHapus

Nude 33

  ssendrawkwA emitefiL .33     Pada suatu pagi lima tahun lalu, Miza bangun lebih pagi dari biasanya meski semalaman tak bisa tidur. D...